16 Maret 2012

Muslim yang "Sombong"


Sempurnakah Islam sebagai agama? Sebagai seorang muslim yang terus belajar islam hingga detik ini secara tegas Penulis katakan IYA. Namun, apakah kesempurnaan Islam serta-merta menyempurnakan Seorang Manusia yang memeleuk agama Islam (Muslim/muslimah)? Belum tentu...! Jawaban atas pertanyaan ini sangatlah relatif, seorang muslim/muslimah yang sempurna biasanya kita kenal dengan kata muslim/muslimah yang kaffah. Persoalaan yang coba Penulis utarakan sebagai seorang penulis pada kali ini ialah, dalam mengejar kata Kaffah (sempurna) tadi, sering kali seorang muslim/muslimah mendampingi sifat sombongnya dalam hal beribadah.
Diawali dari keresahan penulis dalam melihat perkembangan umat islam, penulis mencoba mengutarakan apa yang terlintas dalam akal penulis. Apapun ceritanya, Penulis yakin, perbedaan adalah awal dari segala keindahan yang ada di dunia. Namun sangat menyedihkan, ketika seorang umat muslim/muslimah menyikapi suatu perbedaan dengan “KEBODOHAN”. Bahasa “BODOH” dalam tulisan ini bermakna berpelilaku atau bertindak yang jauh dari ajaran islam atau contoh yang telah diberikan oleh baginda Nabi Besar MUHAMMAD SAW, padahal mereka mengatakan mereka adalah muslim/muslimah.
Di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sudah seharusnya sifat-sifat atau perilaku islami mendominasi di negara ini, jika tidak demikian maka sulit kita mengatakan negara ini bermayoritas islam, lain halnya jika islam hanya “pemanis” di identitasnya saja. Sifat atau perilaku seorang muslim/muslimah tidak seharusnya melahirkan suatu konflik apalagi perpecahan, baik di masyarakat atau di kalangan ummat Islam itu sendiri. Ketika suatu perliaku seorang muslim/muslimah, melahirkan suatu konflik, baik yang bersifat fisik ataupun verbal (non-fisik) maka sudah dapat dipastikan itu bukan perilaku muslim. Namun yang lebih menyedihkan lagi ialah perilaku “SOMBONG” tetapi mengatasnamakan Islam.
Fenomena inilah yang akhir-akhir ini sering di contohkan oleh OKNUM yang mengaku sebagai “muslim/muslimah” tetapi jauh dari ajaran agama Islam apalagi dari contoh yang telah diberikan oleh Baginda nabi besar MUHAMMAD S.A.W. Undzur Ma Qola, Wa La Tandzur Man Qola (lihatlah apa yang dikatakan, bukan melihat siapa yang mengatakan). Kalimat tersebut sudah sepatutnya menjadi pegangan bagi setiap mereka yang mengaku seorang muslim/muslimah, khususnya dalam bermasyarakat. Ketika kita berhadapan dengan suatu perbedaan, maka jangan kita menganggap remeh orang lain dan merasa kitalah yang PALING BENAR. Inilah perilaku “BODOH” yang dimaksud dalam tulisan ini. Suatu Perilaku SOMBONG yang merasa paling Benar dan meremehkan orang lain, terlebih lagi mengatakan orang lain itu KAFIR. Naudzubillahhimindzalik.
Mengkafirkan orang lain bukan lah Hak manusia, Allah telah memberikan pemahaman kepada kita melalui ayat-ayatnya serta hadist Rasullnya mengenai ciri-ciri orang kafir, Namun Meng-kafirkan orang bukanlah HAK MANUSIA, karena Allah tidak memberikan hak tersebut kepada manusia, kafir atau tidaknya se-seorang, itu adalah hak PREOGRATIF Allah, dan Bukan Manusia. Lantas mengapa saat ini banyak manusia yang Hoby meng-Kafirkan manusia lainnya? Apakah dia telah menjadi Tuhan sehingga merasa berhak Meng-Kafirkan manusia lainnya? Wallahuallambissawaab. Tetapi sebagai seorang pemeluk agama Islam, sudah seharusnya kita saling menjaga keharmonisan suatu hubungan dengan tidak merasa “PALING BENAR”.
Hal yang lebih LUCU sekaligus KONYOL dan sulit untuk tidak kita katakan SOMBONG tetapi menjadi fakta ialah, ketika adzan telah dikumandangkan dan iqomat sebagai tanda shalat menyusul, maka sudah seharusnya sholat dilaksanakan, namun ada di beberapa masjid yang ketika melihat seorang imam yang memimpin sholat Jama’ah bukan dari golongannya atau organisasninya mereka segera meninggalkan masjid dan tidak mau sholat berJama’ah. Apakah ini perilaku seorang MUSLIM,? Inikah yang diajarkan Allah kepada Hambanya? Apakah ini yang dilakukan oleh Rasulullah dahulu? Inikah ajaran Rasull kepada Ummatnya? Inikah cara Islam mengajari pemeluknya dalam hal menerima perbedaan? Atau ini hanyalah perilaku SOMBONG yang merasa paling benar akan cara “Oknum” tersebut dalam beragama? Boleh Penulis bilang ini perilaku “BODOH” sebagaimana Penulis maksud dalam tulisan ini,?
Hingga detik ini Penulis tidak menemukan pembenaran atas perilaku tersebut. Betulkah “Oknum” tersebut seorang muslim? tidak sepantasnya seorang muslim berperilaku seperti itu. Jika ingin tetap berperilaku seperti itu, besar harapan Penulis agar tidak lagi orang “Oknum” tersebut mengaku seorang muslim, apalagi merasa paling benar diantara manusia lainnya. Karena perilaku tersebut jauh dari ajaran Baginda Nabi besar Muhammad SAW, terlebih lagi ajaran Islam.
Penulis juga bukan orang yang sempurna, Penulis hanya sebagai orang yang ingin terus belajar tentang islam. Dan islam tidak mengajarkan perilaku “oknum” tersebut baik di dalam al-qur’an ataupun hadist. Semoga tulisan ini menjadi pembelajaran dan masukan yang bermanfaat, khususnya bagi penulis. Dan semoga allah selalu melindungi kita dari azabnya yang pedih, amien.

Catatan Penulis jika ingin berkorespondensi dengan senang hati penulis mendapat ilmu dari anda.